Disukai

TIM BB-GTS SMAHDA TARGETKAN SATU HARI MINIMAL KIRIM SATU BERITA

Upaya Tim BB GTS SMA Islam Wasilatul Huda Dukohkidul serius menggeluti jurnalistik sekolah dengan setiap hari mengirim paling tidak satu ...

Wednesday, October 19, 2011

Tugas TIK

Berikut ini adalah nama-nama orang yang sudah mengerjakan Tugas TIK Kelas XI :
1. abdul haris
2. abdul mufid
3. agus umar
4. aguz amir
5. ahmad nh
6. andik
7. hasanah
8. kholiluil umam
9. khusnun niam
10. m. annashir
11. m. muadib
12. nama; siti mafula
13. ricka
14. siti lailatun nikmah
15. siti nurrohmah
16. slamet harianto
17. sugeng irwansyah
18. yahya khoirul anam

Sunday, October 16, 2011

SAMINISME, IDEOLOGI KANAN ATAUKAH KIRI ?

AULINA FAIZA
BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
       Kolonialisme[1] adalah akar dari segala penderitaan, agaknya kalimat itulah yang pantas dikatakan untuk melukiskan keadaan Masyarakat Indonesia pada masa kapitalisme Belanda melenggangkan kekuasaannya dibeberapa tempat di Indonesia, sehingga nantinya dalam menghadapi pengaruh penetrasi budaya barat yang mempunyai pengaruh disentregratif masyarakat membuat reaksinya sendiri dan terlihat dengan  akan berbagai pergolakan di berbagai daerah yang mnuntut kebebasannya.

Menganalisis Fenomena “Orang-Orang Kalah” Dengan Perspektif Sosiokultural

AULINA FAIZA *)


Membaca koran Kompas edisi Minggu, 21 Februari 2010 tulisan Budi Suwarna dan Yulia Septiani rasanya membuat hati miris, pasalnya dari judulnya saja “orang-orang kalah dari Jatinagor” serta sekilas dari keterangan gambar sudah dapat ditarik beberapa informasi bahwa “telah terjadi suatu perubahan” di Jatinangor sehingga lahir istilah “orang-orang kalah”.

Jatinangor adalah sebuah kawasan di sebelah timur Kota Bandung, merupakan satu dari 26 Kecamatan yang ada di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sebelumnya bernama Kecamatan Cikeruh namun sejak tahun 2000 berganti nama menjadi Kecamatan Jatinangor dengan alasan nama tersebut terasa lebih familiar dan lebih popular dikenal khalayak ramai. Jatinangor sendiri adalah nama blok perkebunan di kaki Gunung Manglayang yang kemudian dijadikan kompleks kampus sejumlah perguruan tinggi, termasuk Universitas Padjadjaran . Dari Topografische Kaart Blaad L.XXV tahun 1908 dan Blaad H.XXV tahun 1909 yang diterbitkan oleh Topografische Dienst van Nederlands Oost Indie , telah dijumpai nama Jatinangor di tempat yang sekarang juga bernama Jatinangor. Ketika itu, daerah Jatinangor termasuk ke dalam Afdeeling Soemedang, District Tandjoengsari.

Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan Pendidikan di Jawa Barat. Pencitraan ini merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :
1. Universitas Padjadjaran (Unpad) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.
2. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi. Sebelumnya bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
3. Institus Koperasi Indonesia (Ikopin) di Desa Cibeusi.
4. Universitas Winaya Mukti (Unwim) di Desa Sayang.
5. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer (AMIK) Al-Ma'soem di Desa Cipacing


Sedangkan perusaah/industri skala besar, yaitu :
1. Kahatex Industri (terletak di Desa Cintamulya dan Cisempur)
2. Polypin Canggih (terletak di Desa Cipacing)
3. Insan Sandang (terletak di Desa Mekargalih)
4. Wiska (terletak di Desa Cipacing)
Seiring dengan hadirnya bangunan kampus dan pabrik tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun tempat perbelanjaan. Salah satu yang terkenal saat ini yaitu pusat perbelanjaan Jatinangor Town Square (JATOS) dan Plaza Pajajaran.

Dalam kasus tersebut sangat terlihat dimana faktor sosiokultural memainkan peranan yang sangat berarti. Mengabaikan faktor tersebut dalam berbagai tingkat pembangunan (penentuan tujuan, pilihan strategi, dan pelaksanaan proyek pembangunan) dapat menyebabkan berbagai dampak yang merugikan, seperti tercermin dalam kasus di Jatinangor sebagai bentuk hasil pembangunan yang tidak sesuai yang diharapkan serta menimbulkan berbagai dampai yang tidak menyenangkan bagi masyarakat asal sehingga menjadi “orang-orang yang kalah”.

Faktor sosiokultural dalam pembangunan terdiri dari dua unsur, yakni faktor sosial dan faktor kultural. meskipun dalam kehidupan nyata kedua unsur tersebut sangat erat kaitannya namun ada beberapa ahli antropologi yang mendefinisikan sebagai berikut: Menurut gambaran Geertz kultur adalah jaringan makna, yang digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalaman dan untuk menuntun tindakan mereka, sementara itu struktur sosial adalah wujud dari tindakan manusia tersebut, yaitu jaringan hubungan sosial. Kultur dan struktur sosial adalah abstraksi yang berbeda dari fenomena yang sama.

Konsep pokok yang termasuk ke dalam faktor sosial adalah struktur sosial, pola hubungan sosial antar-individu, antarkelompok, antarkelas, antargolongan, antarsektor kehidupan. Dalam kasus Jatinangor pola hubungan yang begitu terlihat dalam hubungan struktural yang terpola antara Pemerintah setempat sebagai sebuah lembaga yang superior secara politik-adsministratif dan dalam berbagai kasus seperti mendirikan universitas serta mengizinkan berdirinya beberapa pabrik dikawasan tersebut, dari situ dapat dilihat betapa dominannya pengaruh kebijakan Pemerintah, yang secara kebetulan merupakan implementasi dari dominasi politik adsministratif ini tidak diikuti dengan pengetahuan bijak mengenai teori pengembangan kota, sehingga hal tersebut bukannya memajukan justru semakin “memarjinalkan” sangat terlihat terhadap kelompok masyarakat miskin serta umumnya kedudukan golongan masyarakat yang berada dalam wilayah tersebut, yang hal tersebut merupakan praktek dari lembaga‐lembaga dan kelompok‐kelompok masyarakat yang berpengaruh dalam menentukan pendekatan, proyek, dan arah pembangunan.

Selain itu, struktur sosial antar penduduk setempat yang dulunya mayoritas petani dan akhirnya terpaksa mengalah dengan keadaan yang timbul akibat kebijakan pemerintah serta ketersinggungan mereka dengan hadirnya para mahasiswa dengan gaya hidup mereka yang berbeda dengan masyarakat setempat.
Dalam kasus ini, faktor kultural terletak pada sikap mental masyarakat/penduduk Jatinangor, yang mudah tergiur oleh kesempatan-kesempatan ekonomi sekilas. Begitu aset mereka meningkat harganya karena pengaruh pembangunan sarana pendidikan serta pusat perbelanjaan. Akibatnya banyak penduduk asli Jatinangor yang menjual tanahnya, dan uangnya digunakan untuk memenuhi berbagai macam keperluan dan membeli barang-barang konsumtif lainnya dan lama-kelamaan habis, sedangkan hanya sedikit dari mereka yang menginvestasikan uang hasil penjualan tanah mereka untuk sektor produktif. Akhirnya mereka tidak lagi memiliki sumber penghasilan, dan untuk bekerja di pabrik atau sektor lainnya mereka tidak mampu, karena dari segi pendidikan mereka kebanyakan hanya lulusan SD saja.

Demikian, harusnya pihak pemerintah mempertimbangkan masak-masak dalam merencanakan dan melaksanakan suatu program, yang awalnya terlihat manis untuk sebagian orang tertentu saja tanpa memperdulikan nasib serta kepentingan komponen masyarakat yang lain, sehingga nantinya akan melahirkan “kebijakan yang tidak bijak lagi”. (*)

*) Guru Sejarah SMAI Ma'arif NU Wasilatul Huda

Menggunakan Kuikilum Berbasis Kebutuhan

Misi SMA wasilatul huda untuk membentuk karakter diri siswa yang baik berkemampuan luar biasa terus diupayakan oleh pihak manajemen. Kuikulum dilaksanakan berbasis kebutuhan dengan harapan output yang dihasilkan adalah jiwa-jiwa yang siap menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

SMA yang berada di kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro ini sangat dibutuhkan kesiapan mental dan penguatan spiritual menghadapi ‘serangan’ globalisasi dengan adanya eksplorasi minyak di blog cepu ini. SMA tidak hanya menyiapkan pondasi karakter siswa untuk bagaimana setelah lulus kemudian dapat bekerja di perusahaan terbesar di dunia ini. namun lebih pada bagaimana dengan berbaurnya budaya asing siswa mampu mempertahankan budaya arif khas ketimuran dan kesantrian ini.

Beberja atau tidak bekerja dalam perusahaan bukanlah hal yang wajib bagi siswa, akan tetapi karakter jiwa yang slalu bersukur atas apa yag telah diberikan oleh Tuhannya, Prasangka-prasangka yang baik dengan tetap disertai dengan sikap kehatia-hatian.

maka kemudian pembentuknan karakter Islami menjadi poin pokok dalam penyusunan kurikulum setelah analisa kebutuhan yang harus dicapai. sehingga meski harus dituntut oleh standart-standart nasional pendidikan yang kadang-kadang tidak nyambung dengan realitas kemasyarakatan Ngasem.

Saturday, October 15, 2011

Kalender Pendidikan 2011/2012










kalender Pendidikan











kalender Pendidikan


KALENDER PENDIDIKAN
SMA ISLAM WASILATUL HUDA DUKOHKIDUL 2011-2012
   
  NO BULAN T A N G G A L  
  1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31  
  1 JULI 2011                     1 2 3 4 5 6 LU 7 8 9 10 11 12 LU 13 14 15 16 17 18 LU  
  2 AGUSTUS 2011 LPP LPP LPP EF1 EF2 EF3 LU EF4 EF5 EF6 EF7 EF8 EF9 LU EF10 EF11 LHB EF12 EF13 EF14 LU EF15 EF16 LHR LHR LHR LHR LU LHR LHB  
  3 41000 LHR LHR LHR LU LHR LHR LHR 19 20 21 LU 22 23 24 25 26 LHR LU 27 28 29 30 31 32 LU 33 34 35 36 37    
  4 OKTOBER 2011 38 LU 39 40 41 42 43 44 LU 45 46 47 48 49 50 LU 51 52 53 54 55 56 LU 57 58 59 60 61 62 LU 63  
  5 NOPEMBER 2011 64 65 66 67 68 LU 69 70 71 72 73 74 LU 75 76 77 78 79 80 LU 81 82 83 84 85 86 LU 87 88 89    
  6 DESEMBER 2011 90 91 92 LU 93 94 95 96 97 98 LU 99 ## ## ## ## ## LU ## ## ## ## ## ## LU LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2  
  7 JANUARI 2012 LU LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LU 1 2 3 4 5 6 LU 7 8 9 10 11 12 LU LHB 13 14 15 16 17 LU 18 19  
  8 PEBRUARI 2012 20 21 22 23 LU 24 25 26 27 28 29 LU 30 31 32 33 34 35 LU 36 37 38 39 40 41 LU 42 43 44      
  9 MARET 2012 45 46 47 LU 48 49 50 51 52 53 LU 54 55 56 57 58 59 LU 60 61 62 63 LHB 64 LU 65 66 67 68 69 70  
  10 Apr-12 LU 71 72 73 74 LHB 75 LU 76 77 78 79 80 81 LU 82 83 84 85 86 87 LU 88 89 90 91 92 93 LU 94    
  11 MEI 2012 95 96 97 98 99 LU ## ## ## ## ## ## LU ## ## ## LHB ## ## LU ## ## ## ## ## ## LU ## ## ## ##  
  12 JUNI 2012 ## ## LU ## ## ## ## ## ## LU ## ## ## ## ## ## LU ## ## ## ## ## ## LU LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2  
  13 JULI 2012 LU LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LU LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LS2 LU                                  
   








Monday, October 10, 2011

SMAHDA PERLU PENAMBAHAN RUANG

Untuk Ruang Kelas Baru, Ruang Multimedia, Ruang Guru, Ruang Praktek Pengembangan Diri, Perpustakaan


Dalam upaya menunjang kegiatan belajar mengajar serta pengenbangan diri siswa yang meliputi batik dan lainnya diperlukan penambahan ruang. Untuk ruang kelas misalnya, jumlah 4 (empat) rombongan belajar, smahda baru mampu menyediakan 3 ruang belajar 1 ruang kantor sekalian digunakan sebagai ruang Kepala dan TU serta Komputer dan kegiatan-kegiatan pengembangan diri biasanya dilakukan ditempat-tempat teduh halaman sekolah, menjadikan waka sarpras berpikir keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pada tahun ajaran ini setidaknya ada akan kami pastikan 2 ruang kelas baru, sebab berdasarkan grafik jumlah pesertta didik di SMAI Ma'arif NU semakin meningkat. dapat dipastikan untuk tahun pelajaran yang akan datang (2011-2012) akan tambah satu rombel lagi di manajemen smahda. (tutur pak anam)

Waka sarpras yang sekarang memangku jabatan PLT Kepala MTs ini menegaskan... jika tidak mampu direalisasikan, maka akan terjadi ketidak stabilan antara sarana dengan progresifitas gerakan dan kegiatan Smahda. (((sm))))

BELAJAR SEJARAH di halaman sekolah

Bu Lina (Aulina Faiza) guru yang baru diperistri gus Afif putra KM.Chozin Salim, banyak memberikan warna dalam proses belajar mengajar ini, lulusan UM Malang 2011 ini mempraktekkan berbagai metode dalam mengajar, sesekali pernah mengajar dengan permainan kertas di ruang belajar, hal menarik yang disukai peserta didik adalah belajar dihalaman sekolah mereka disamping juga tidak jenuh dengan situasi belajar, juga bebas mengeksplorasikan pemikiran mereka dengan caranya masing-masning. terang buguru baru ini.

Namun demikian ada juga kelas yang belum bisa atau tida suka cara-cara out dor and riel participation, hal ini dibenarkan oleh waka akdemik, memang sebagian siswa khususnya kelas X A di isi oleh siswa yang berkecenderungan otak kanan. maka terang aja mereka nggak suka metode aktif-progresif tersebut. hebatnya kelas ini kalo disuruh itung-itung atau menghafalkan luar biasa mereka. Jadi yang idealnya untuk membagi kelas seharusnya memang berdsarkan pola atau kecenderungan kecerdasan siswa, bukan pada nilai. kan bukan rahasia umum kalau nilai itu rata-rata tiapsekolah sudah banyak yang tidak murni hasil tes siswa..... ya kan, ya kann; tutur  waka yang bersahabat dengan siswa ini...(Cah-2)

Friday, October 7, 2011

FARA DAN KEN DELEGASI SMAHDA PADA PEER CONSELOR 2011

Dinas Kesahatan Kabupaten Bojonegoro menggelar Pelatihan Peer Conselor Rabu-Jum'at (05-07/10/11)
Siswa SMP, SMA dalam usia perkembangannya berada pada masa remaja, pada masa ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi kuat.
Dalam pergaulannya seusia ini biasanya berkecendurungan untuk berkelompok sehingga pemecahan masalah sebayanya akan lebih membantu.
Dasar ini dijadikan dinas kesehatan kegiatan tersebut dengan tujuan ; Mencetak kader konselor sebaya yang merupakan suatu cara bagi siswa dan siswi belajar tentang bagaimana memperhatikan dan membantu teman sebayanya dalam menyelesaikan berbagai problematika kehidupannya (kerangka Acuan Kegiatan).
Puskesmas Ngasem memandatkan SMA Islam Wasilatul Huda Dukohkidul untuk mengikuti kegiatan tersebut. Fara (Trifara Hadi S.) dan Ken (Ken Yuliasih) terpilih untuk mewakilinya. ujar Nunus ketua PIK Smahda. harapannya setelah mengikuti pelatihan ini mereka menindak lanjuti dengan membentuk tim konselor Osis serta melakukan kegiatan-kegiatan konseling pada teman-teman di SMAHDA (SMA Islam WAsilatul Huda DDukohkidul. tambahnya.

Pada pelitahan ini kami diberi materi berkomunikasi dan langsung mencobanya, serta materi konseling jadi bener bener kamimelakukan konseling saat pelatihan. (TF)

Saturday, October 1, 2011

GERAK JALAN TRADISIONAL 17 KM, smahda tgj ngikut dong

Bersamaan dengan momentum Kesaktian Pancasila, Greak jalan tradisional Dander-Bojonegoro dihelat. Smahda Team gerak jalan (TGJ) 2011 memang jawara di level kecamatan, dilevel kabupaten melihat regu lain misalnya SMAN 4 Bojonegoro, SMAN 2 Bojonegoro, Smahda TGJ bisa dibilang masih jauh. setidaknya bukan hanya partisipasi yang disuguhkan.

Secara teknis Smahda TGJ baru pertama kali mengikuti event seperti ini, orang jawa sering bilang babat dalan. Sehingga dievent-event berikutnya dapat dijadikan tolak ukur dalam perkembangan gerakan dan kegiatan Smahda TGJ sendiri.

Smahda TGJ dalam mengikuti event ini memang kurang persiapan,hanya mengandalkan Tim Juara yang lalu. Hal ini salah satunya dikarenakan informasi baru diterima 3 hari sebelum event dihelat, informasi diterima seteklah salah satu guru yang SMAI MNU WH mempergoki Surat Edaran di SMPN 1 Ngasem, maka kemudian sekedar kritik kepada pelaksana kegiatan, ataupun pada dinas nolahraga kabupaten,hendaknya setiap menggelar apapun informasinya sampai pada SMAI MNU Wasilatul Huda Dukohkidul Ngasem. (SMD)